Senin, 15 Juni 2015

Senyum Itu, Sekar

#04

Seperti malam yang lalu. Kali ini kembali kuhabiskan waktu untuk sekedar menaiki transportasi umum dan murah dari Bogor ke Jakarta. Pelancongan sore itu juga tidak terencana sama sekali. Saat matahari mulai menyingsing memerahkan awan putih tebal di sepanjang horizon, aku pun memutuskan untuk segera beranjak sebelum gela benar - benar membuatku malas.
Begitulah, aku lebih suka dengan keramaian dalam transportasi umum. Aku juga lebih nyaman dengan sepinya trasportasi umum daripada harus duduk menjamur di dalam kamar. Membuka mata selebar - lebarnya menatap luas keluar ruangan. Hal itu yang membuatku merasa lega. Terkungkung membuat pikiran yang sudah lama dipingit terasa semakin sesak. Beralih ke luar ruangan, ke tempat yang berbeda maupun baru akan lebih menggelorakan jiwa.
Aku mulai sering membaca buku. Dan aku begitu senang mecari - cari tempat baru untuk menghabiskan waktu hanya untuk sekedar membaca buku. Perjalanan panjang antar kota di jalanan metropolitan tak sepenuhnya menyebalkan. Apalagi dengan ditambahnya dengan acara bermacet - macet ria di bawah teriknya matahari yang melumerkan aspal jalanan. Namun ada klik kecil yang menjadi ajang untuk ku bersenang - senang. Menghabiskan setiap lembar demi lembaran buku.
Dibandingkan dengan kota - kota di pulau sebrang yang penuh kepastian di jalan, kemacetan ibukota memiliki nilai lebih. Sebagai gambaran saja di Kota - kabupaten Banjarbaru di Kalimantan selatan sana. Di sana waktu tempuh untuk pergi ke kota sebelah maupun kota yang sebelahnya lagi memiliki durasi yang sama di setiap waktunya. Pasti. Banjarbaru ke ibukota Kalimantan selatan - ke Banjarmasin sudah pasti akan ditempuh dalam rentang waktu 40 - 60 menit saja, di segala waktu. Lain dengan d metropolitan dimana waktu tempuh perjalanan di jam - jam tengah hari dengan di sore hari akan memberikan selisih waktu yang cukup signifikan. Waktu yang lama terbuang di kendaraan umum itulah waktu yang aku gunakan untuk bersenang - senang membunuh waktu dengan membaca buku.
Commuter line atau kereta listrik yang ada di jalur Jabodetabek sudah semakin nyaman. Menjadi tempat yang cukup menarik untuk kujadikan ajang merampungkan lembar terakhir buku - buku yang belum selesai kubaca. Banyak penumpang juga yang begitu pulas tertidur dengan semilir hembusan udara pendingin. Anak - anak kecil pun turut meramaikan gerbong KRL yang memang sedari tadi sudah rame. Tak tampak rasa khawatir dari wajah mereka.

Aku pulang terlalu larut. Mencoba mengejar pemberangkatan kereta terakhir dari Jakarta untuk tujuan akhir Bogor. Lebih dari jam sebelas malam kereta untuk jurusan Depok - yang nantinya bisa transit dari Depok untuk mereka yang memiliki tujuan akhir di stasiun Bogor - akhirnya datang. Gerbong begitu sepi, karena ini kereta paling malam yang mengantarkan penumpang dari Jakarta ke Bogor.
Ada seorang cewek tinggi semampai - sedikit lebih tinggian aku. Putih, dengan rambut terkuncir ke belakang dengan sedikit bercak bekas jerawat di mukannya. Sepatunya anggun dengan balutan celana jeans hitam beserta jaket putih dengan logo garuda di dada sebelah kirinya. Kulewati saja untuk mencari gerbong yang masih menyisakan tempat duduk yang masih lapang untuk sedikit meluruskan kaki.

Kembali kuposisikan badan ini untuk menikmati bacaan buku yang kubawa. Kaki sedikit selonjor menjadi terapi kecil untuk sekedar ajang rehat kedua kaki ini. Tak lama kemudian semakin penuh di dalam gerbong KRL tersebut. Dan mereka banyak yang turun di stasiun transit untuk melanjutkan perjalanan dengan rute yang berbeda sesuai dengan tujuan kepulangannya.
Saat kereta sampai di stasiun akhir hanya bersisa sepertiga bagian dari keseluruhan buku yang belum sempat kubaca.
Aku kembali berganti dengan angkot hijau dengan tujuan Sukasari. Kemudian nanti harus berganti lagi dengan angkot lain untuk sampai tujuan. Angkot masih ngetem menunggu penumpang sedikit memenuhi tempat duduk di belakang kemudinya. Masuklah seorang cewek yang tadi sempat kuperhatikan sejenak di dalam gerbong KRL. Ini cewek yang tadi kan? tanyaku dalam hati. Jaket putih dengan list merah di lengan panjangnya dan logo garuda yang menempel di dada sebelah kiri semakin kentara. Sepertinya dia salah satu atlit dalam kejuaraan antar propinsi , lagi ungkapku dalam hati.
Telapak dan bagian punggung tangannya semakin jelas putih dipandang  dari dekat. Jemarinya lentik, kecil dengan panjang yang cukup beserta kuku yang mucuk eri. Rambutnya masih dikuncir sehingga nampak sekali eksistensinya sebagai seorang atlit wanita. Tak banyak bicara. Hanya sesekali menolehkan pandangnya ke arahku. Sembari bebrapa sering aku mencoba sekilas memandang raut wajahnya.
Dia dan aku sama - sama turun di Sukasari untuk berganti angkot karena angkot hijau tadi trayeknya hanya sebatas itu. Jam tangan sudah mulai beranjak di pukul 02.00 dini hari. Angkot lain dengan tujuan Cisarua sudah ada di depan - angkot yang manjadi pengantarku selanjutnya. Aku kembali memandang cewek tadi, Ia juga sepertinya menggunakan angkot yang sama. Entah kenapa aku langsung saja masuk ke dalam angkot yang penumpangnya sudah tak ideal lagi. Berhimpit - himpitan antar pinggul di dalam sana. Sementara kupandang keluar, cewek tadi masih di luar menunggu untuk angkot berikutnya datang. Dia sendirian. Kemudian kemudi pun mulai bergerak.
Kenapa aku ini masuk begitu saja dalam angkot ini, sementara di luar tadi ada cewek yang harus menunggu angkot di jam - jam segini sendirian. Apapula memaksakan diri berjubel dengan penumpang lain disini. Kenapa tadi tidak turun untuk sekedar menemani menunggu angkot dari pada Ia harus sendirian? Apakah tidak apa - apa baginya untuk menunggu sendirian diwaktu yang mulai menjelang pagi?aahhhh, goblogg, goblog, goblog.....Lagi, kebodohan terulang dan kembali terlambat untuk sadar. Gumaman dalam hati sembari memandang ke belakang angkot yang sudah melaju jauh. Mata ini tak lepas menatap ke belakang, berharap akan ada angkot rute yang sama dimana Ia sudah ikut di dalamnya, tak lagi menunggu.
Kembali lagi. Carut marut rasa bersalah masih menggondok. Tak mau pergi. Kenapa kok aku goblog terus?Kok tega tak tinggalin sendiri? Kembali meronta di dalam hati. Memang demikian, cewek itu bukanlah siapa - siapa, tahu nama pun tidak, menatap wajahpun hanya sepintas mencuri - curi pandang. Namun rasa bersalah sebagai seorang laki - laki yang membiarkan perempuan untuk menunggu angkot sendirian dalam sepinya dini hari tek membuatku tenang di dalam angkot meskipun Ia bukan seseorang yang aku kenal.
Terlalu banyak gumaman dalam hati membuatku tak sadar hanya tinggal aku sendiri dalam angkot itu sesampainya di Ciawi. Tak ada lagi penumpang lain yang hendak naik ke Cisarua. Sopir angkot tak serta merta menurunkan ku disitu. Meski aku tahu angkot ini hanya mengantarku sampai di sini saja karena masih cukup jauh jikalau hanya membawa satu orang penumpang saja. Sopir masih me-ngetem-kan kendaraannya hingga tiba angkot dengan trayek yang sama membawa tiga orang penumpang.

"Mas ikut depan ya...", ucap akang sopir memintaku untuk berpindah angkot.
"Iya, suwun kang...", balasku sembar berjalan ke angkot yang dimaksud.

Aku buru - buru masuk ke dalam angkot karena sepertinya angkot tidak berniat untuk menunggu penumpang lain. Seketika itu aku tertegun. Diam menunduk menuju tempat duduk di bagian dalam. Cewek tadi ada disana. Kurasakan kelegaan dalam hati, mengingat Ia tak apa - apa. Sedemikian itu pula pandang ini tak sanggup menengadah mengingat diri ini sebagai pengecut. Aku kembali diam. Begitu juga Dia. Diam seperti sebelumnya dan mulai sedikit memalingkan arah pandangnya.

"Soriii yang tadi...", tiba - tiba kata itu keluar begitu saja. Ia kemudian hanya memalingkan wajahnya kepadaku.
"Kenapa?...", tanyanya sambil sedikit menajamkan mata
"Tadi kutinggal nunggu sendirian....soriii"....
Seberkas senyum keluar dari wajah putihnya dengan sedikit riasan bercak bekas jerawat.
"Iya, nggak papa...", ucapnya kemudian.

Aku kembali terdiam kaget, dengan apa yang telah kulakukan tadi.

"Aku Dino....", lanjutku memperkenalkan diri
"Aku Sekar....." jawabnya dengan senyum yang lebih lebar dari senyumnya tadi...

Henti angkot pun mengakhir percakapanku dan Dia pagi itu./ad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar