Senin, 01 Juni 2015

Pertanda Itu Benar

#01

Ya, dia Niluh. Nama itu yang diucapkan olehnya sebelum akhirnya Ia benar - benar pergi. Perjumpaanku saat itu hanya sebentar saja, Bahkan pertemuanku dengannya itu lebih nampak seperti sebuah mimpi. Tapi aku tak pernah menganggapnya sebagai mimpi. Meskipun di dalam hati berkata sebaliknya.
Impresi pertama  yang aku dapat darinya begitu ringan. Sesuai dosis, tidak kurang tak pula melebihi komposisi yang seharusnya. Dia membuka dengan obrolan yang ringan. Suaranya lirih gurih seperti nasi uduk hangat di pagi hari. Dia memulai perkenalan pertamanya begitu spontan dengan senyum terkembang yang pantas untuk disandingkan dengan misteriusnya senyuman monalisa.

Pencarian itu ku mulai dengan menanyakan langsung kepada temanku yang mengenalkannya. Adam, teman jauh ku yang dulu pernah hidup bersama untuk beberapa kurun waktu. Hidup dalam kesendirian membuatku tak ada pilihan lain untuk mencoba mencari kawan. Buatku bukanlah hal yang mudah untuk mencoba terbuka dengan orang lain yang belum sama sekali dikenal. Bahkan untuk orang yang sudah cukup aku kenal, masih ada kecanggungan untuk memulai obrolan. Tak ada pilihan lain, kucoba membuka diri dengan orang baru ini, Adam.

"Hhh,hei,.... eee, aku Dino", bukaku dengan sdikit terbata - bata.
"Ohh, ya, aku Adam. Salam kenal. Aku dari Jawa", jawabnya seketika dengan begitu ringan.
"Lho kok sama, ak yo Jowo", entah kenapa mulut yang biasanya kaku ini begitu licin di pulau orang hanya karena tahu kalau kami berasal dari satu pulau yang sama.

Senyumku mulai mengembang. Perbincangan itu pun kian meluas tentang segala hal. Bercerita kampung halaman masing - masing. Berbagi hal yang dilakukannya di tempat yang cukup baru ini. Begitulah, tempat yang jauh dari kampung halaman dan kesendirian yang saat itu menemani disetiap bergantinya waktu mengubahku menjadi seseorang yang berbeda. Entah itu lebih baik atau lebih buruk atau bahkan sama saja. Entahlah, aku tidak cukup mahir untuk menilai diri.
Perjumpaanku dengan Adam di pulau Alor itu berlanjut hingga kurun waktu tiga bulan ke depan. Ya sesuai dengan rencana perjalananku untuk mereview indahnya salah satu pulau di bagian timur Indonesia ini. Kami berdua memutuskan untuk mencoba mencari satu rumah untuk kami kontrak beberapa bulan ke depan dari pada harus kos per kamar. Tentu dengan pertimbangan cost dari masing - masing pilihan tersebut. Dapatlah kami dengan salah satu rumah milik om Gab yang harganya memungkinkan untuk kami.
Tiga bulan bersama Adam membuat kami cukup mengenal beberapa dari kami satu sama lain. Dulu yang aku rasa untuk melewati satu hari saja di pulau itu terasa begitu lama. Seakan waktu tak berubah. Untuk berganti dari matahari yang masih condong membesarkan pasak, tak kunjung merubah bayang tersebut menjadi ukuran yang lebih kecil. Dan kebersamaan mengubah banyak hal. Diantaranya waktu. Waktu tiga bulan bersamanya ternyata begitu singkat dibandingkan dengan waktuku saat masih sendiri disini. Aku sadar betul, jika suatu perjumpaan akan dipertemukan dengan tahap perpisahan - yang mungkin akan kembali membawa ke pertemuan berikutnya, mungkin. Aku harus meninggalkan pulau yang indah ini terlebih dahulu karena tugasku yang sudah selesai. Sementara Adam masih ada tiga bulan ke depan sebelum ia harus kembali ke kampung halamannya. Kami berbagi nomor handphone kami masing - masing sebelum akhirnya benar - benar berpisah.

Kucari kembali nomor di buku kontak hape. Mudah - mudahan nomor itu masih tersimpan mengingat sudah berkali - kali ganti hape -bukan karena konglomerat yang ganti hape tiap kali ada hape dengan fitur baru muncul, resiko sebagai orang yang klowor dan tledor sehingga banyak menelan korban hape, apa itu masuk ke air apa jatuh lah, sampe bosen dompetku ini untuk mengingat kembali hal - hal tersebut.

"Wuuooooohhh, yess, yess.....", sontak keluar begitu saja dari mulutku.

Nomor hape temanku itu ternyata masih ada tersimpan dalam buku kontak. Ini mungkin sebagai pertanda awal perjalanan ke depan yang kembali harus kunikmati. Ya, waktu kemarin itu - yang sangat sulit kubedakan antara mimpi dan benar - benar nyata - disana ada Adam yang membawa Niluh dalam pandangku. Aku menganggap itu bukanlah sekedar mimpi, akan ada hal yang benar - benar nyata di depan nanti. Itulah yang tertanam dalam pikiran ini yang sedang mencari pembenaran. Dari Adam inilah langkah awalku untuk mencoba mencari pembelaan dan dukungan atas pembenaran pikiranku sendirii.
Kubuka kontaknya, dan aku menelpon Adam.

"Halo kang?", sapaku mengawali dengan cukup mengambang untuk memastikan di ujung sana benar - benar kang Adam yang kumaksud.
"Wuehhh, Dino ya?", jawabnya bersemangat
"Iya kang", sambil menyeringai aku menjawabnya ringan
"Akhirnya No, Dino.....haahhh", terasa sekali hembusan nafas kelegaan di ujung sana
"Lho kok akhirnya kang, kenapa tho?", aku mulai sedikit bertanya dengan ekspresinya itu
"Akhirnya kamu ngehubungin aku No. Aku mau ngehubungin kamu dari dulu nggak bisa, hape ku ilang jadi semua kontaknya ilang juga, termasuk punya mu No...Hahahaha. akhirnya", begitu terasa bahagianya sampai ke tempatku
"Owalahhh, sorii kang aku baru bisa ngehubungi"....
"Ada apa emangnya No?...", Adam mulai bertanya.
"Eee, eee, itu kang, eee, njenengan itu punya temen cewe nggak yang namanya 'Niluh'?", tanyaku agak menggantung
"Seek, sekk No........", Adam terdiam sesaat, sepertinya ia mencoba mengingat - ingat beberapa nama teman - temannya
"Kayaknya nggak ada deh No...", jawab Adam dari ujung sana, dan kembali terdiam

Hembusan nafas kendur spontan keluar melalui mulutku. Pembenaran akan kejadian kemarin kembali mengisi monitor dalam pandangan maya ku.

"Niluh ya No? Eh ada No, ada temen SMP ku dulu yang namanya Niluh itu", suara Adam dari ujung sana yang kemudian membawaku melayang.
Aku hanya terdiam, kejadian itu mulai muncul kembali dalam setiap pandanganku. Suara Adam di ujung telepon yang memanggil - manggilku khawatir karena tak ada jawab mulai melirih hingga tak terdengar. Aku kembali dibawa dalam kejadian itu. Kejadian dimana mimpi dan nyata begitu terasa bedannya. Namun pikiran ini tak henti - hentinya menguatkan pembenaran untuk menyatakan kejadian tersebut.

"Yeaaaaa, ini pertanda!!!", tegasku bersemangat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar