Kamis, 30 Juli 2015

Trip Invitation

Kemudian semesta mempertemukan.

Sore itu ada getar di telepon genggam merk terdahulu yang masih aku gunakan. Itu pertanda ada pesan yang masuk. Aku menghiraukan saja, karena biasanya di jam - jam itu akan ada pesan dari operator penyedia layanan jaringan yang selalu mengabarkan informasi dan promo terbaru. Getar itu bertahan tak lebih dari satu menit. Dan prasangka akan telepon genggam tersebut hanya berlalu begitu saja. Lupa.
Pekerjaan pun selesai pada waktunya, pulang pun juga sesuai dengan kewajibanku untuk bekerja. Malam kemudian mendapatkan giliran untuk menemaniku melewati hari. Kusandarkan badan sejenak pada tembok yang penuh dengan bekas coretan anak kecil. Tas yang biasa kubawa bekerja juga bersandar disitu. Aku kembali ingat kalau ada pesan masuk yang kulewatkan tadi sore. Didekatkanlah tas itu dan kuambil telepon genggam yang ada di kantong kecil pada tas tersebut. Pesan itu dari Dani, seorang temanku yang akan dirindukan usai melewati trip bersama.
Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh.. Halo teman - teman single,ada kabar gembira, ada ajakan trip dari teman 2 traveller saya di Banjar. Hari minggu ini bakal trip ke daerah Rantau. Starting point dari Banjarbaru jam 06.00 Wita. Bjb ke Rantau sekitar 2,5 jam , dikabarkan lokasi alam tidak bisa dilewati mobil jadi harus naik motor. Kalau ada yang berminat bareng2??......itu dari temenku mas, melu mas?
Ternyata sebuah ajakan trip, untuk menikmati semesta. Dilihat dari isi pesannya, kebanyakan dari mereka adalah para lajang yang masih bebas melanglang menjelajah nusantara ini.
Ajakan itu sangat menarik sekali, terlebih untuk beberapa bulan terakhir ini memang belum ada kesempatan untuk menghibur diri sendiri. Mungkin ini saatnya. Mengingat memang tidak ada kegiatan di minggu itu, aku menjawab "yes" dengan ringan kepada Dani. Pertemuan kembali dengan Dani mengenang perjalanan yang sudah pernah kami lalui, dulu.

Invitation trip itu bergetar di Kamis sore, dan waktu memang berlalu begitu cepat bagi yang tak menyadari. Pagi itu, untuk daerah Wita ukuran jam 06.00 menyajikan suasana pagi yang masih sedikit gelap, beberapa motor sudah terparkir, sedikit berantakan. The day has come. Hari ini! Undangan perjalanan yang kemarin aku biarkan saja, kini aku berada diantara motor - motor yang terparkir itu. Telah siap dengan helm, motor dan kesiapan diri yang cukup. Kemudian kamu muncul.
"Haiiii,,,", sapanya mengambang.
Dan aku kembali terdiam.

Rabu, 29 Juli 2015

Mimpi Ke Jerman

#05

Mulai setelahnya.
Setelah terbiasa dengan candaan dan gurauan, mereka pun mensyahadatkan mimpi mereka. Untuk kali pertama mereka begitu serius dalam memberikan penekanan akan mimpinya.  Raut muka lusuh penuh gurau seketika menjadi wajah dewasa yang siap untuk menghadapi segala cobaan hidup. Entah bagaimana semangat mereka begitu tampak dan memberikan aura hangat disekitarrnya untuk sekejap. Dan kembali canda menutup semangat mereka dengan riang, semesta pun menyambut. Hujan.
Awan dan Nelil, dua laki - laki yang diperkenalkan melalui kesamaan bidang jurusan yang mereka pilih saat memasuki kelas 2 SMA. Jurusan yang bisa dibilang jurusan minoritas, karena memang dibandingkan dengan dua jurusan yang lain jumlah kelas untuk jurusan ini sedikit. Dua jurusan yang lain, IPA dan IPS bisa mencapai sepuluh kali lipat dari jumlah kelas di jurusan ini, begitu juga pesertanya. Ya, mereka memilih jurusan bahasa. Bukan karena mereka tak mampu masuk ke jurusan IPA, tapi mereka "memilih" bahasa.
Mereka berdua, Awan dan Nelil dipacu mimpi oleh beberapa pendahulu di jurusannya yang sudah melenggang di Eropa, di Jerman. Para alumninya ini begitu komunikatif menguasai bahasa jerman ,aktif dalam mencari informasi belajar di Jerman dan berani memutuskan untuk ikut dalam program belajar langsung di Jerman. Ada program yang sangat dikenal oleh anak - anak jurusan bahasa sebagai jalan mereka untuk ke Jerman. Di dalam kelas mereka sudah dibekali kemampuan berbahasa jerman dengan baik. Sehingga iming - iming untuk melangkah berani ke Eropa sangatlah menggebu - gebu dalam diri mereka.
Awan dan Nelil bukanlah anak yang paling pandai dari sedikit anak - anak di kelas bahasa. Tapi mereka tahu benar memposisikan diri mereka di dalam kelas, diantara teman - temannya. Dengan gambaran dan cerita tentang Jerman dan semangatnya yang sudah menggebu dalam diri, mereka pun tak sungkan untuk bermimpi. Berikrar bahwa suatu saat nanti mereka berdua akan menginjakan kaki di Jerman. Bagaimanapun caranya, salah satunya dengan mengikuti program belajar ke Jerman dengan terlebih dahulu menjadi anak angkat keluarga di Jerman dan bekerja pada mereka.
Mimpi yang terikrar tumbuh dan mengharrapkan asupan nutrisi yang baik serta kondisi cuaca yang mendukung. Harus memiliki akar - akar yang kokoh yang mampu bertahan akan hembusan angin, virus jamur yang membusukan akar dan bersaing dengan gulma yang memojokan secara terang - terangan di depan mata.
Tak terasa dua tahun di jenjang SMA tidak lebih lama dibandingkan pembicaraan mereka akan mimpi ke Jerman. Ujian nasional telah usai, pengumuman kelulusan pun sudah diketahui setiap siswa hingga pada keluarga mereka. Selebaran, poster dan ajakan pendaftaran ke perguruan tinggi pun sudah banyak meracuni setiap siswa. Memberikan banyak pilihan yang masing - masing mampu menggoyahkan pribadinya. Hal itu juga terjadi pada mereka. Kini keduanya harus menentukan langkah mereka masing - masing ke depan. Mengaitkan ikrar mimpi mereka pada ujung tertinggi katedral.